142.
Petang ini, pijak kaki dan desas desus perawat membangunkan seorang lelaki. Otaknya kembali bekerja, alisnya mengerut kala rangsang suara mulai memenuhi gendang telinganya.
Saat kelopak terbuka, bukan cahaya lampu yang pertama kali Praha lihat. Wajah dokter dengan rambut yang memutih memenuhi pandangannya. Stetoskop masih terpasang di telinga dan masker medis menutupi mulutnya.
“Praha, kamu bisa dengar saya?” tanya beliau dengan suara yang sedikit bergetar,
Kedua netra Praha memejam sejenak, ia terlalu malas untuk mengangguk.
Gue di mana? Ini di dunia gue?
Jika seorang pria berkemeja tidak memasuki ruang rawat itu, mungkin Praha akan terus bergumul dengan tebakan-tebakan dalam otaknya.
“Praha! Praha sudah bangun, Nak?” tanya Papa sesampainya di samping ranjang.
Lelaki yang masih berbaring itu tidak mampu menjawab, hanya ada aliran air mata menggantikan kata yang tercekat sebatas tenggorokan.
Ia sudah kembali.
Sesaat setelahnya, dokter dan perawat tadi mulai meninggalkan ruang rawat Praha. Satu hal yang ia ingin tanyakan, berapa lama tubuhnya terbaring di sini? Pasalnya, kepalanya terasa sangat berat dan tubuhnya seperti renta tak bertenaga.
“P-pa,” panggil Praha dengan suara yang teramat pelan.
“Ya? Praha mau apa? Nanti Papa ambilkan,” jawab pria bertubuh tinggi itu.
“Praha udah lama? Di sini?” tanyanya to the point.
Terlihat jelas kesedihan di mata Papa. Namun, senyum tak terlalu lebar langsung berseri saat telapaknya membelai surai Praha. “Hampir satu bulan,” jawab Papa.
Kening Praha lantas mengerut sempurna. Jika tubuhnya terbaring di sini selama jiwanya berkeliaran di dimensi lain, lalu di mana 'Praha'?
“Kamu cuma bangun sekali, inget?” tanya Papa lagi yang menyita perhatian Praha sepenuhnya.
“Aku bangun? Ngapain?” Praha ingin tahu. Apa yang dilakukan another Praha saat itu?
“Nanti kamu tanya Nash aja. Dia bilang, cuma boleh kalian berdua yang tau?” Kini raut Papa berubah sedikit linglung. Ya, mungkin memang ada sesuatu yang Nash dan 'Praha' lakukan saat itu.
Apakah Nash tahu jika yang bangun itu bukan dirinya? Entahlah, akan ia tanyakan nanti saat lelaki itu mengunjunginya.
@guanhengai, 2021.