165.
Perjalanan Sampit-Pangkalan Bun rasanya hampir membuat nyawa Dave melayang. Jerry yang biasa hanya duduk di bangku penumpang dengan iPadnya kali ini mengambil alih kemudi. Satu hal yang selalu Jerry syukuri setelah menjadi karyawan Mas Aryo, privilege.
Lelaki itu tidak mungkin sampai di gedung yang penuh aroma karbol ini jika bukan karena privilegenya sebagai Kepala TU. Perusahaan Mas Aryo merupakan salah satu perusahaan terbesar yang mendominasi lahan kelapa sawit di Kalimantan Tengah. Maka dari itu, mereka memiliki koneksi dengan pejabat dan polisi sekitar.
Perjalanan yang biasa ditempuh selama empat jam hampir terpotong setengah karena Jerry diizinkan membawa mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Beruntung ia dan asistennya sampai dengan selamat mengingat pening masih menguasai lelaki itu.
Kecepatan langkah kaki sang tuan tak berbeda jauh dengan gas kendaraannya tadi. Kepalanya yang masih teras berat seakan dilupakan begitu saja. Yang Jerry inginkan adalah dirinya cepat-cepat menemukan ruang di mana jagoannya di rawat.
Dunianya seakan berhenti kala mendapat pesan dari Brandon yang menyatakan bahwa anaknya dilarikan ke rumah sakit. Ada sedikit rasa marah dan kesal pada istrinya karena tidak memberi tahu tentang keadaan Ajen.
Salah satu ujung sepatunya menahan pintu lift yang hampir tertutup, lalu menekan tombol bertuliskan angka enam di dalam sana. Matanya tak henti memperhatikan angka di atas lift yang semakin membawanya ke lantai atas. Kala suara ting terdengar, telunjuknya dengan gusar menekan tombol open.
Kini bukan hanya berjalan cepat, tetapi Jerry berlari menuju ruang di ujung lorong. Dekorasi khas anak-anak mengiringi lelaki itu sampai di depan ruang rawat Ajen. Celah kecil yang tidak terlalu clear menampakkan seorang wanita sedang duduk di pinggir ranjang kecil berisi bocah tampan.
Perhalan Jerry membuka pintunya, takut Ajen sudah terlelap dan berujung membangunkan putranya.
Benar saja. Pemandangan pertama yang lelaki itu dapatkan adalah seorang anak berusia delapan bulan sedang terlelap dengan selang di tangan kirinya. Perban yang melilit telapak hingga sebatas siku anaknya membuat dada Jerry sesak.
Raut terkejut Angel sudah tidak lagi menarik untuk sang tuan. Kakinya hanya melangkah untuk mendekat ke arah petiduran Ajen yang berhias awan palsu di atas kepalanya. Ranjang yang Angel pilih untuk anaknya cukup luas, sehingga ada space bagi Jerry duduk di samping kepala Ajen.
“Sayang, jagoannya Papa,” ucapnya terdengar sangat pilu. Telapaknya terlihat sangat besar kala bersanding dengan kepala Ajen.
“Ajen kenapa, Sayang? Yang mana yang sakit? Hm?” lanjutnya seraya mengangkat telapak kecil yang terbebas dari selang infus, lalu mengecup punggung tangannya berkali-kali.
Suhu tubuh Jerry tak berbeda jauh dengan Ajen, sehingga ia tidak merasakan telapak anaknya hangat atau panas. “Maafin Papa ya, Jagoan. Papa udah pulang nih, Adek sembuh yok?”
Saat Jerry menegakkan kepala, ia mendapati sang istri sedang menatapnya dengan tatapan tak terdefinisi. Raut bersalah, kesal, lega, haru, sedih, semua bercampur menjadi satu di sinar netra Angel.
Lelaki itu lantas menepuk pahanya dua kali, lalu mengulurkan tangan kanannya pada Angel. Sang gadis sempat terdiam sebelum ia menuruti perkataan suaminya. Saat tubuhnya berjarak satu meter di depan Jerry, lelaki itu langsung menariknya ke dalam pangkuan.
“M-mas? Kok kamu di sini?” tanya Angel sedikit takut.
“Anakku sakit apa?” tanya Jerry yang kemudian menenggelamkan kepalanya di perpotongan leher Angel.
“Kata dokter flu berat, makanya sampe demam gitu. Kamu belum jawab aku, kenapa kamu bisa di sini?” gadis itu memaksa penjelasan
“Shhh, pusing, mau tidur dulu,” jawab Jerry dengan suara yang kian melemah.
“Badanmu masih panas,” kata sang istri.
“Hmmm,” gumam Jerry dengan netra yang sudah tertutup sempurna.
Tak lama setelahnya, dengkuran halus terdengar. Angel masih setia mengusap punggung Jerry yang sudah basah karena keringat. Perlahan ia tarik tubuhnya untuk mengambil salah satu kaos di ransel. Untung saja Angel selalu mengenakan kaos Jerry, sehingga kali ini ia tidak kebingungan mencari pakaian ganti untuk suaminya.
Setelahnya, ia memperbaiki posisi sepasang anak dan ayah di hadapannya agar dapat tidur dengan nyenyak di ranjang yang sama.
Saat Ajen demam pasca vaksin, bocah tampan itu akan membaik setelah tidur di samping papanya. Angel berharap sakit Ajen dan Jerry pun segera pergi setelah mereka berdua tidur di ranjang yang sama.
@guanhengai, 2022.