186.

Lalu lalang kendaraan bermotor dan gerobak penjual makanan menjadi pemandangan Angel pagi ini. Gadis berparas cantik yang biasanya masih terkapar bergelung selimut kini tengah menyapu lorong depan kamar kosnya. Bukan tanpa alasan Angel melakukan hal tersebut, melainkan karena manusia yang biasa mengerjakan itu tidak dapat bangkit dari kasur sejak dua hari lalu.

Jerry hanya bangun untuk makan, minum, dan ke kamar mandi ━itu pun tak luput dari bantuan Angel━. Entahlah, mungkin fisik lelaki itu sedang ada dalam masa ringkihnya.

Hari itu ━saat Angel melakukan interview kerja━, langit menggelap seketika dan menumpahkan airnya ke muka bumi. Sudah berkali-kali Angel memaksa Jerry untuk memakai jas hujan, namun lelaki itu tetap memberikannya pada sang istri. Jaket yang menjadi penutup tubuhnya pun dihibahkan ke Angel.

“Gue kuat, tenang aja,” katanya saat itu.

Angel meringis kala mengingat perkataan Jerry.

“Cih! Kuat apanya?” nyinyir sang gadis sembari melirik tubuh suaminya yang masih terlelap di balik selimut.

“Good morning, Sayang ....”

No, itu bukan Jerry.

“Atuy! Jangan manggil gue kayak gitu!” ketus Angel sembari melayangkan sapunya.

“Eh buset, santai aja kali. Sama aja kayak suami lo, barbar!” jawab Atuy disertai candaan.

Lelaki berambut gondrong itu melongok ke dalam kamar Jerry. Salah satu alisnya terangkat kala melihat sang sahabat lemah tak berdaya. “Itu beneran sakit nggak sih?” tanya Atuy masih fokus pada tubuh Jerry yang tidak bergerak.

“Iya. Badannya udah nggak terlalu panas sih, tapi masih nggak mau makan.” Angel mengutarakan keluhannya. Jerry hanya makan di pagi dan malam hari, itu pun hanya beberapa sendok. Huft, padahal biasanya lelaki itu yang akan membantu Angel menghabiskan makanannya.

“Gila! Bisa sakit juga tu bocah,” tutur Atuy yang langsung mendapat lirikan maut dari Angel.

“Namanya manusia, pasti bisa sakit lah.”

“Terakhir kali Jerry sakit tuh lima tahun lalu, pas panti pindahan.” Kalimat Atuy memancing atensi gadis di sampingnya.

Cerita mengenai panti asuhan mereka yang terbakar dan harus pindah ke tempat baru mengalir begitu saja dari mulut Atuy. Sebagai 'tetua' di panti tersebut, mereka bertiga ━Jerry, Atuy, dan Ojon━ bekerja ekstra untuk mengungsikan adik-adiknya.

Jerry yang mereka juluki si gila kerja adalah orang yang paling sibuk ke sana ke mari. Selain membantu pindahan, lelaki itu juga menyelesaikan administrasi rumah yang mereka jadikan hunian. Ah, ternyata Jerry memang selalu melibatkan diri.

“Jadi aneh aja kalo gue liat Jerry sakit gitu, bukan Jerry banget.” Angel mengangguk setuju setelah mendengar cerita Atuy.

“Ya udah, gue kerja dulu ya. Semoga hasil interview lo kemarin bagus!” Atuy melambaikan tangan sembari beranjak meninggalkan gadis itu dengan pel dan embernya.

“Thank you!” balas Angel sebelum Atuy hilang ditelan lorong kos.

Setelahnya, ia segera menyelesaikan kegiatan paginya. Meski terlahir di keluarga berkecukupan, bukan berarti Angel tak pernah menyentuh alat bebersih. Posisinya sebagai anak tengah membuat gadis itu menguasai hampir semua pekerjaan rumah. Hanya saja, jangan pernah percayakan dapur pada Angel. Berperang dengan kompor dan spatula adalah salah satu kelemahannya.

Selang beberapa menit, ia kembali ke kamar kos dan duduk di samping Jerry. Suaminya masih saja tampan meski bibirnya tak semerah biasanya. Lelaki itu mengerutkan dahi kala Angel membasuh beberapa bulir peluh di sana.

“Engh ....” Perlahan tapi pasti, kedua mata indah itu terbuka.

Jerry melirik ke samping, memperhatikan istrinya yang sedang menatap dirinya. Angel terlihat cantik dengan daster rumahan dan rambut yang digulung ke atas, menampakkan leher putih jenjangnya.

“Masih pusing?” Gadis itu pun bersuara.

Jerry memijat keningnya dengan gerakan sangat pelan, “udah nggak terlalu,” jawabnya dengan suara serak khas bangun tidur.

Angel mengangguk, kemudian beranjak dan mengambil segelas air mineral untuk sang suami. Setelah membantu Jerry minum, gadis itu mengambil dompet di laci meja. “Ya udah, gue beli bubur dulu.”

Gerakannya terhenti kala Jerry melingkarkan telapaknya di pergelangan Angel. Bibir lelaki itu mengerucut, lengkap dengan tatapan memohon bak anak anjing mengharap segelas susu.

“Kenapa?” tanya Angel bingung.

“Bosen makan bubur,” jawab Jerry tak enak. Ia tahu ini bukan saatnya mengeluh dan meminta banyak hal. Namun, ia juga tak ingin berakhir memuntahkan makanannya lagi.

“Ya udah, mau apa?”

“Mau soto.”

“Oke, tapi makan yang banyak ya?” Anggukan lucu Jerry membalas pertanyaan sang istri. Kini Angel sudah persis seperti ibu panti yang memaksanya makan agar dapat minum obat.


@guanhengai, 2021