292.

Netra serupa kelinci menatap kagum gadis cantik di depannya. Angel dengan dress biru terlihat sangat anggun dan menawan. Rasanya Alle dapat berdiam tanpa berpaling barang sedetik.

Lelaki itu bisa melewatkan jam tidur malamnya hanya karena memikirkan Angel. Angelina di mata Allesandro adalah seseorang yang nyaris sempurna, jika saja ia tidak menorehkan luka beberapa tahun silam.

Penampilan gadis itu sudah berubah jauh sejak terakhir kali mereka bertemu. Angel yang dulu selalu mengenakan jeans dan kaos kini lebih sering membalut tubuhnya dengan dress. Flat shoes dan beberapa pernah-pernik di rambutnya juga menjadikan gadis itu lebih terlihat manis.

Kulit cerah Angel yang semakin berseri seiring bergulirnya waktu membuat rasa di dada Alle kembali meletup. Bagaikan gunung berapi yang telah lama tidur, saat ini adalah waktu yang tepat untuknya membanjiri Angel dengan kasih sayang.

Sayang, masih ada satu penghalang yang membuatnya tak leluasa menjaga Angel. Ah, persetan dengan itu.

“Awas, matanya lepas!” Alle mengerjap cepat, kemudian tersenyum.

“Kamu cantik,” ucapan manis mengalir diiringi gummy smile yang tak kalah manis. Kedua pipi Angel tiba-tiba menghangat karenanya.

Pujian itu mungkin terdengar klise bagi kebanyakan orang, namun lain halnya jika Angel yang mendengar. Gadis selalu kehabisan akan untuk merespon tiap pujian yang datang kepadanya.

'Terima kasih'

'Ah, bisa aja.'

'Jangan berlebihan.'

Apa yang harus ia katakan?

Kedua matanya berkeliaran menjelajahi cafe yang kini menjadi tempat singgah mereka. Alle tahu itu adalah manifestasi salah tingkah. Lelaki bersuara emas itu menangkup tangan Angel yang sedang memainkan ujung buku menu.

“Mau es susu cokelat?” tanya Alle.

Jantung Angel dipompa secepat mungkin, sejalan dengan netranya yang bertubrukan dengan milik lelaki itu. Otaknya dipaksa memutar memori 12 tahun silam, di tempat yang sama, dengan orang yang sama.

Alle dan Angel memesan empat gelas minuman untuk mereka dan dua sahabatnya yang sudah lebih dulu duduk di ujung cafe. Empat es susu cokelat segera dibayar lunas oleh sang gadis sebelum lelaki di sampingnya mengangkat nampan dan memindahkan ke meja.

“Dih? Kenapa gelas lo ada lope-lopenya gini?” tanya Hargi seraya menunjuk gambar hati di gelas Alle.

Remaja berusia 14 tahun yang sedang dimabuk asmara itu mengangkat salah satu alisnya, mengarah pada gadis yang asik dengan minumannya sendiri. Tak berbeda jauh dengan Alle, gelas milik Angel pun sudah dihiasi gambar hati berwarna merah.

“Ah tai, males gue liat lo berdua pacaran mulu! Marcell, ayo kita pacaran!” Sentilan keras langsung mendarat di kening Hargi setelah ia menyelesaikan gerutunya. Marcell yang sedang menikmati es susu cokelat menatapnya tajam. Sedangkan, Alle dan Angel sudah terkikik geli di tempat.

Semakin lama, kenangan indah tentang dirinya dan Alle mulai mendominasi. Bangku cafe yang tak terisi menjadi sasaran tatap sang gadis. Di sana tergambar jelas beberapa siswa dengan seragam putih abu-abu sedang bercengkrama.

Angel tersenyum tipis saat mengingat bagaimana Alle memperlakukannya dulu. Remaja laki-laki itu selalu menjaga dirinya seperti permata yang bisa hancur kapan pun. Bahkan, Alle mengorbankan dirinya untuk dimarahi papa Angel saat mereka jatuh dari motor dan menabrak pagar rumah orang.

Lelaki itu pernah terang-terangan menunjukkan rasa sayangnya pada Angel. Alle dengan senyum manisnya, Alle dengan peluk hangatnya, Alle dengan segala kejahilannya, membuat Angel merasa dicintai.

“Venus?” belaian di punggung tangannya menyadarkan sang gadis dari lamunan.

Sudah tak terhitung berapa kali Angel salah tingkah dibuatnya. “Ehm, sorry. Aku aja yang pesen minumannya,” tutur gadis itu menarik tangannya dan beranjak dari kursi.

Helaan napas berembus dari indra penciumannya. Meski kedua tungkai membawa tubuhnya ke kasir, pikirannya tetap berlarian tanpa arah. Tangan kanannya meremat erat dompet yang bertengger di sana.

Bugh

Jantungnya berdetak lebih kencang saat bahunya menabrak pengunjung lain. Gadis itu hanya menunduk dan mengucapkan kata maaf. Rasanya ia sudah tak memiliki tenaga untuk memperpanjang masalah tabrakan singkat itu.

Angel bingung. Ia terlalu jauh melangkah, rasanya sudah tidak ada tempat untuknya kembali.


@guanhengai, 2021.