330.

Terik matahari masih menembus tirai rumah sakit, meski semburat oranye sudah terlihat menutupi langit. Ramai klakson serta kepadatan di luar sana tak mengganggu keheningan sepasang suami istri yang kini saling tatap.

Beberapa detik lalu, Jerry baru saja merampas ponsel Angel dari sang pemilik. Rautnya benar-benar murka meski tidak ada kata terlontar dari mulutnya. Rahang tajam nan tegas yang biasa dihiasi senyum manis kini tegang setengah mati.

Rasanya Angel ingin meminta pada Tuhan untuk memberinya kekuatan menghilang. Sekarang ia percaya oleh perkataan karyawan kantor, Jerry benar-benar menyeramkan jika sedang dalam mode galak.

“Apa liat-liat?” tanya lelaki itu seraya menaikkan satu alisnya.

Sang gadis lantas menekuk kedua ujung bibirnya. Sejujurnya, ia tidak begitu takut karena masih ada ketampanan di wajah suaminya. Namun, sejak pertengkaran mereka beberapa bulan lalu, Angel sedikit lebih segan pada sang suami.

Krrrkkk

Kolaborasi antara tiktok jam dinding dan tetesan infus di atas gadis itu nyatanya tak mampu meredam suara perut Angel. “Dedek kembarnya laper,” ucap Angel masih dengan mata berbinar.

Di samping ranjangnya, Jerry terlihat mengangkat pergelangan dan menengok jam produksi Rolex yang melingkar di sana. Hampir pukul lima sore. Berarti, mereka sudah berada di tempat ini selama satu jam.

Lelaki itu sedikit menggeser kursi saat tubuhnya beranjak. Nampan berisi mangkuk sup dan sepiring nasi di atas meja merupakan tujuannya. Seorang perawat telah meletakkan santap sore Angel di sana sejak lima belas menit lalu, saat Jerry menemui Mas Aryo di luar.

Brakkk

Sebuah suara menginterupsi langkah sang tuan. Tubuhnya refleks berbalik dan menemukan tangan Angel menggenggam erat tiang infus. Kepala gadis itu masih menengadah seraya mulutnya terbuka lebar.

Belum sempat debar jantungnya kembali normal, langkah tegas nan cepat menghampiri gadis itu. “Lepas, biar aku yang benerin.” Ya, itu Jerry, suaminya yang tadi masih berada di ujung ruang untuk mengambil makanan.

“Nggak sengaja kesenggol,” jelas Angel tanpa diminta.

Abai dengan penjelasan istrinya, Jerry hanya menatap tiang besi yang menyangga infus gadis itu. Kakinya menginjak dudukan di bawah sana agar tiang berdiri tegak. Perlahan, tubuhnya mundur dan memastikan benda tersebut sudah kembali kokoh.

“M-mas,” panggil Angel sebelum lelaki itu melangkah.

Jerry berbalik dan menatap istrinya. “Apa? Katanya laper?”

“Jangan gini dong.” Suara Angel terdengar bergetar. Jujur, ia ingin menangis sejak mereka masih di rumah, saat Jerry pulang dan membawanya ke tempat ini.

“Nggak enak kan dicuekin gini? Itu yang aku rasain pas kamu nggak dengerin peringatan aku, Angel.”

Runtuh sudah pertahan gadis itu. Ia benar-benar merasa bersalah dan bimbang di satu waktu yang sama. Angel merasa bersalah karena mengusik ketenangan si kembar, dan bimbang karena tidak tahu cara menolak permintaan anak sulungnya.

Merasakan pelukan Jerry, ia justru semakin kuat terisak. Angel hanya ingin menangis dalam dekapan suaminya, tidak ada yang lain. Bahkan, rasa laparnya sudah terlupakan.

“M-maaf,” decitnya pelan.

Jerry menghela napasnya, tak tahu harus berkata apa pada istrinya yang sangat keras kepala.

“Maafnya kenapa?”

“Maaf udah bikin dedek kembar sakit,” jawab Angel masih disertai tangis kecil.

Suaminya kini menatap lekat gadis itu, memperhatikan wajah cantik berbalut air mata. Andai saja Angel tidak keluar rumah dan menggendong Ajen, mereka tidak akan ada di sini dan menunggu dua botol infus habis.

“Kalo udah sadar salahnya di mana, jangan diulangin lagi. Ya?” tanya Jerry yang langsung mendapat angguk setuju dari istrinya.

Punggung tangan berhias jarum infus kini menjadi sasaran tatap lelaki itu. Kulit putih Angel sudah dinodai lebam keunguan akibat tusukan tersebut. Ada sedikit pilu di dada Jerry kala melihatnya.

“Ini infus terakhir sampe dedek kembar lahir. Janji?” tanyanya lagi.

“Janji.”

“Jangan sakit lagi, Sayang,” ucapnya seraya memeluk tubuh Angel, lalu tangannya mengusap perut buncit istrinya.

Kalimat barusan adalah permintaan tulus Jerry pada sang gadis dan kedua anak mereka.


@guanhengai, 20222.