353.
Jerry menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi, mengusak rambut basahnya dengan handuk abu-abu. Beberapa tetes yang lolos dibiarkannya membasahi kaos hitam yang sudah membalut tubuh kekarnya.
Lelaki tampan itu baru selesai membersihkan tubuhnya setelah menemani sang istri ke dokter kandungan. Masih tercetak jelas senyum manis di wajahnya kala mengingat betapa lucu gambaran anaknya di monitor tadi. Belum terlihat jelas, tapi mereka sudah mendengar detak jantungnya.
Segera ia gantungkan handuknya di tempat semula, takut istrinya menunggu. Udara dingin menerpa saat tangannya menarik gagang pintu kamar mandi. Sore ini Jerry memutuskan untuk mandi air hangat karena hujan baru saja membasahi bumi.
Netra lelaki itu langsung menangkap tubuh istrinya di atas ranjang. Pipi gadisnya bertumpu bantal dan guling dipeluknya erat. Lagi-lagi Jerry terkekeh pelan melihat pemandangan menggemaskan itu.
Setelah memasukkan baju kotornya ke dalam keranjang, ia segera membuka bungkus makanan yang sudah dibelinya tadi. Kemudian, lelaki itu duduk di samping tubuh istrinya yang masih terlelap.
“Enak banget sih boboknya,” tutur sang suami sembari menyingkirkan anak rambut Angel dari wajahnya.
Setiap matanya menatap Angel, hatinya ikut berterima kasih pada Tuhan karena telah menciptakan gadis cantik itu. Jika Tuhan bisa protes, mungkin Ia akan menggeplak kepala Jerry dan meminta lelaki itu berhenti menyebut Angel dalam doanya.
Pipi Angel yang sudah menggembung membuat jari telunjuk Jerry merasakan kekenyalan di sana. “Stt, bangun yok, udah gelap tuh,” katanya.
“Eunngghhh,” racau sang gadis saat merasa tidurnya terganggung.
Bukannya menghindar, lelaki itu justru mendekatkan dirinya pada sang istri. “Basah!!” protes Angel kala tetesan air dari rambut Jerry mengenai wajahnya.
“Makanya bangun, makanannya keburu dingin tuh.”
Menyadari kecupan singkat di pipi, kelopak Angel perlahan bergerak. Alisnya mengerut kala cahaya mulai merasuki netranya. Guling yang tadi berada dalam peluk sudah berpindah menutupi wajahnya yang memerah.
Suaminya menarik bantal panjang itu, namun langsung ditahan oleh sang gadis. “Eh, ayok bangun dulu. Bobok siang itu jangan kelamaan, Angel.”
Gerutu dan penolakan terpancar jelas di wajah Angel. Ia sudah sadar, namun matanya masih berat untuk terbuka. Magnet kasur memang sangat kuat sehingga menahan tubuhnya berbaring di sana.
“Nih, es jeruknya mencair.”
Bagai anak kecil dijanjikan sekeranjang permen, mata bulat itu langsung terbuka dan merampas gelas di tangan Jerry. Sedotan plastik berwarna biru langsung masuk ke mulutnya seraya air perasan jeruk mengalir ke tenggorokan.
Mulut Jerry terbuka saat melihat tingkah Angel. Gadis itu memang sudah menginginkan es jeruk dari pagi, namun suaminya baru memberikannya di sore hari.
Sebuah tangan menengadah di bawah gelas saat Angel sedang asik menikmati es jeruknya. Ia segera menggeser gelasnya, takut Jerry meminta es yang tersisa setengah.
“Astaga! Nggak bakal gue minta, Angel. Itu gelasnya berair, nanti netes ke baju lo,” jelas Jerry sembari menunjukkan genangan air di telapaknya.
Bibir gadis itu mengerucut. Pasalnya, Jerry sering mengambil makanannya tanpa izin. Meski hanya sedikit, itu sudah mengurangi jatah makannya.
“Lo sukanya ngambil makanan gue, sih!” ketus Angel.
“Hahaha, iya sorry deh. Ya udah sini, gue suapin aja. Gue tau lo males cuci tangan,” tebak Jerry yang diangguki sang istri.
Petang ini dilalui keduanya dengan acara suap-suapan disertai candaan garing dari mulut Jerry. Sesekali lelaki itu menggoda Angel dengan menyuap makanan ke mulutnya sendiri.
Nah kan, udah bilang sorry tapi masih aja dilakuin. Memang sifat dasar manusia.
@guanhengai, 2021.