410.
Suara radio menggema memenuhi ruang kosong dalam Honda Civic yang kini tengah menjauh dari ibu kota. Bersamaan dengan kresekan kecil dari signal yang perlahan menghilang, jantung sang gadis pun mulai berdebar.
Total sudah hampir lima jam suaminya tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Biasanya, lelaki itu akan mengoceh tentang hal-hal random dan melontarkan candaan. Kali ini hanya tangannya yang setia menggenggam Angel, sedang netranya sibuk memotong jalan raya.
Sebenarnya, gadis itu tidak terlalu memikirkan ke mana empat roda mobil ini membawa raganya. Hanya Jerry yang tiba-tiba membisu, membuat istrinya pusing bukan kepalang.
” Ngomong sesuatu dong, Mas!!” batinnya menjerit.
Di tengah kesalnya, Angel menangkap sebuah gapura bertuliskan Griya Kwangya. Ini adalah salah satu perumahan yang dikelola oleh manajemen yang sama dengan cafe seberang Neo Corp.
Sebelum pindah ke Jakarta, Angel dan teman-teman pernah mencari tahu mengenai rentang harga rumah di Griya Kwangya. Masih cukup terjangkau oleh karyawan seperti mereka, namun lokasinya yang jauh membuat mereka mengurungkan niatnya.
Jerry masih terus menjalankan mobilnya, hingga rem perlahan diinjak kala mendekati rumah sederhana bercat putih. Kening Angel sudah mengerut dalam. Rumah itu tampak berpenghuni karena ada beberapa sepatu dan sandal di depan terasnya.
Apakah Jerry mengajaknya berkunjung ke rumah saudara? Ah, tapi kan Jerry datang dari panti asuhan. Atau ini adalah rumah temannya? Tapi, apakah etis bertamu saat jarum jam hampir sampai di pukul dua belas malam?
Pertanyaan bercabang seribu menyesakkan otak Angel. Gadis itu tak sadar suaminya sudah turun dari mobil dan mengitarinya untuk menjemput sang pujaan hati.
Cklek
“Ayo turun,” tutur Jerry tanpa embel-embel 'sayang'.
Tanpa menunggu jawaban, lelaki itu langsung menuntun lengan istrinya untuk memasuki rumah putih tersebut. Jerry tetap memperhatikan langkah kaki dan memastikan tidak ada yang membahayakan gadisnya.
Sesampainya di depan pintu, Angel menatap bingung Jerry. Tangan lelaki itu terlepas dari lengannya dan merogoh ransel yang ia bawa. Gemerincing kunci terdengar seraya si tampan tersenyum lega.
Teralis besi berwarna cokelat terbuka setelah Jerry memasukkan salah satu kunci. “Ini rumah siapa, Mas?” Akhirnya Angel menurunkan segala gengsi dan takut untuk membuka obrolan.
“Masuk dulu,” jawab suaminya singkat.
Gadis itu pun mengikuti jejak Jerry tanpa melepas genggamannya. Ruang tamu yang masih gelap membawa kesan horor bagi bulu kuduknya. Di satu sisi ia penasaran, tetapi di sisi lain tidak berani terlalu jauh masuk ke dalam rumah itu.
Tautan jemari Angel semakin mengerat. Jerry tersenyum kecil saat tahu istrinya semakin mendekatkan diri. Jika tidak ingat dengan tujuannya, mungkin lelaki itu langsung menghujani sang gadis dengan tawa.
“Mas, kok gelap banget?” Tangan sebelahnya sudah bergelayut di lengan kekar Jerry. Hoodie sang suami pun sudah kusut dibuatnya.
Sadar tak mendapat jawaban, Angel merasa takut. Angin dingin semakin menusuk kulit seiring Jerry mendiaminya. Angel yakin air matanya akan jatuh saat ia berkedip.
Srkkk srkk
Suara asing menyapa indera pendengaran sang gadis. Kini air matanya benar-benar lolos tanpa perintah. Bibir bawahnya sudah digigit sekeras mungkin agar tak menciptakan isak.
Jedyarrr
“Happy birthday to you~ Happy birthday to youu Happy birthday, happy birthday... HAPPY BIRTHDAY ANGEL!!”
Empat manusia yang selalu menemani hari-harinya berdiri di ujung ruang dengan karton kerucut di kepala mereka. Tangis Angel pecah saat potongan confetti terbawa gravitasi menjatuhi kue di tangan Marcell.
Lilin angka dua dan tujuh dinyalakan secepat kilat oleh Ojon.
“Ya elah, gak usah sok terharu! Biasanya gue sama Marcell bikin surprise juga lo tau duluan,” ejek hargi saat melihat mata dan hidung Angel sudah semerah badut.
Bukannya menjawab, gadis itu malah melepas genggamannya dari Jerry dan berjalan ke arah Marcell. Ia memeluk lengan temannya tanpa peduli kue tersebut bisa saja jatuh.
“Eh? Kok malah peluk Marcell?!” Atuy terkejut.
“Harusnya peluk gue aja,” lanjutnya sembari merentangakan kedua lengan.
Sedangkan, Marcell yang kebingungan langsung mengoper kue di tangannya ke Ojon yang kebetulan berdiri di sampingnya. Lelaki itu menatap bingung Jerry, namun dibalas dengan anggukan.
Jerry tahu istrinya sedang kesal karena dirinya tak mengajak bicara sejak tadi.
Sebenarnya, ini ide Hargi.
Tiga lelaki tampan keluar dari mobil masing-masing. Berkelut dengan kemudi selama hampir tujuh jam ternyata membuat pantat mereka kram. Belum lagi kantung kemih yang sudah tak mampu menampung urin.
“Lo kasih hadiah apa ke Angel?” tanya Marcell pada suami temannya.
“Ada lah,” jawab si tampan seraya menaikkan resleting celananya.
“Kerjain nggak sih?” usul Hargi.
Ketiga pasang netra itu saling bertatapan. Terpaksa Jerry membocorkan kado ulang tahun yang akan ia beri pada istrinya. Tak butuh waktu lama untuk mereka berdiskusi. Hargi dan Ojon akan membeli perlengkapan dekorasi, sedangkan Marcell dan Atuy mencari kue sesuai selera Angel.
Jerry? Ia akan membawa Angel keliling Tangerang sebelum membawanya ke tempat eksekusi. Hargi juga yang mencetuskan ide agar lelaki itu mendiami istrinya selama perjalanan. Sulit melakukan hal itu. Kata 'sayang' yang ingin terlontar sudah tak terbatas jumlahnya.
“Nggak lucu,” cicit Angel masih dengan memeluk lengan Marcell.
Lelaki bertubuh kurus itu terkekeh geli. Ia dan Hargi tidak pernah berhasil memberi kejutan pada sahabatnya. Namun, kali ini sepertinya lebih dari kata berhasil.
Senyum gemas terpancar dari wajah Marcell. Ia membelai kepala Angel, seperti yang dulu sering dilakukannya semasa kecil.
“Enakan peluk lengan gue apa lengannya Jerry, Ngel?” tanya lelaki itu menggoda sahabatnya.
Angel segera melepaskan diri dari Marcell dan menatap tajam suaminya. Ia tidak pernah dikerjai seumur hidup, namun kini Jerry berhasil membuatnya menangis. Ah, malu!
“Jahat!” pekiknya pada kelima lelaki yang berdiri di sana.
Tawa Hargi menggelegar, mencipta gema di rumah yang masih kosong itu. Sepersekon kemudian, lampu dinyalakan dan terpampang jelas tulisan HAPPY BIRTHDAY di tembok.
Bahkan, gadis itu sampai lupa kalau ini hari ulang tahunnya. Ia seakan tak lagi peduli hari dan tanggal, kecuali jadwal kontrol dedek bayi.
Tarikan di lengannya membuat sang gadis menengok. Di sampingnya sudah ada Jerry dengan black forest di tangannya. “Tiup lilinnya dulu, jangan lupa make a wish,” bisiknya yang segera dituruti sang istri.
Matanya terpejam seraya dikatupkannya kedua telapak. Rentetan harap melambung dari hatinya yang terdalam. Entah apa pokok doanya, hanya Angel dan Tuhan yang tahu.
Lelaki di sampingnya memperhatikan sang istri. Ingin sekali menerkam pipi Angel yang masih mengembung karena kesal. Sedetik kemudian, senyumnya mengembang gemas. Wajahnya ikut merona hanya karena menatap istrinya.
“Jerry salting mulu kalo sama Angel,” bisik Atuy pada Ojon.
Rona merah menjalar di seluruh wajah cantik Angel karena perkataan temannya tadi masih terdengar olehnya. Ia juga tahu hal itu, tapi tidak perlu diperjelas.
Netranya terbuka setelah amin terucap. Api di atas lilin segera diembus hingga asap tercipta. Kecupan singkat di dahi Angel mampu membuat matanya membulat sempurna. Tepukan tangan dan godaan teman-temannya menutup acara tiup lilin itu.
“Mas, emangnya ini rumah siapa?” tanya Angel saat ia melihat Jerry menurunkan barang dari mobil.
Lelaki itu duduk bersandar di bagasi dan meraih kedua bahu Angel. “Aku ngontrak rumah ini, Sayang.”
Gadis itu terkejut. Memang rumah yang tadi ia masuki tidak terlalu besar. Hanya ada dua kamar tidur, dapur, dan ruang tengah. Namun, ia yakin harga sewanya sangat mahal.
Menyadari kegelisahan istrinya, telapak Jerry turun menggenggam sang gadis. Ibu jarinya memberi usapan lembut di sana, seperti yang biasa ia lakukan. “Nggak usah mikirin uang sewa, Sayang. Ini udah kubayar lunas sampe satu tahun ke depan.”
Angel mengangguk percaya, lalu membantu suaminya mengangkat barang-barang. Meski sudah dilarang, ia tetap ingin membawa beberapa tas kecil. Di dalam rumah, keempat temannya masih becanda tanpa batas.
Jika Atuy sudah bersatu dengan Hargi, seluruh obrolan akan mereka bawa ke dalam lingkaran. Pernah sesekali Angel mendengar kedua manusia itu membicarakan bahan celana dalam yang paling nyaman. Sepertinya Atuy benar-benar ingin membuka usaha kolor.
“Sayang, mau langsung istirahat?” tanya Jerry sembari memijat lembut pinggang Angel.
Gadis itu menggeleng, lalu menjawab “aku mau keliling rumah ini dong.”
@guanhengai, 2021.