491.

Dua puluh tiga Maret, pukul dua belas malam. Angel duduk bersandar kepala ranjang dengan Ajen kecil di dekapannya. Mulut mungil itu sibuk menghisap sumber makanan dari payudara sang ibu. Tak terhitung sudah berapa kali Angel mengucap syukur karena diberi ASI lancar untuk anaknya yang mudah merasa lapar.

Dua minggu pasca melahirkan, gadis itu sempat mengalami baby blues. Beruntung ibu dan kakak iparnya sedang berada di Jakarta, sehingga Jerry tidak menangani Angel seorang diri.

Lelaki itu tidak pernah sekali pun meninggalkan istrinya. Ia dengan sabar dan setia mendampingi Angel. Mulai dari emosi sang gadis yang tidak stabil, ikut menangis kala anaknya tidak kunjung tenang saat digendong, hingga merasa gagal karena kesulitan memberi ASI pada Ajen.

Kini Angel sudah terbiasa dengan status barunya sebagai seorang ibu. Menyusui Ajen di malam hari pun menjadi rutinitasnya seperti saat ini. Lengan kecil si adek sangat pas di genggaman Angel. Sarung tangannya sudah hilang sebelah karena gerakannya yang terlalu aktif.

Bayi mungil itu kemudian menguap dan membuat air susu berhenti mengalir ke tenggorokannya. Rengekan kecil adalah bentuk protes dirinya.

“Astaga, Dek. Ini loh,” ucap Angel sembari mengarahkan payudaranya ke mulut Ajen.

“Anak Papa kalo minum susu semangat baget sih.” Jerry menggeser pelan tubuh Angel dan menjadikan dadanya sebagai sandaran sang istri.

Lelaki itu selalu melakukan hal serupa kala Angel menyusui anaknya di malam hari. Tangannya juga menggantikan lengan sang istri yang mulai kram karena membopong tubuh gembul anaknya.

“Kamu habis ngerjain apa, Mas?” tanya Angel dengan kepala yang sudah bersandar di dada Jerry.

“Baca-baca materi yang kemarin dikasih Mas Aryo aja sih,” jawab suaminya sembari menekan-nekan pipi anaknya.

“Ck! Jangan diajak main, Mas. Biarin dia tidur dulu!” protes Angel karena Ajen mulai merespon kejahilan Jerry.

Lelaki yang masih menggunakan kaca mata baca itu menyandarkan kepalanya di bahu sang istri. Ia juga merasa lelah setelah seharian menyelesaikan pekerjaan rumah dan mempelajari materi-materi yang diberikan oleh kakak iparnya.

Ternyata, mengurus perusahaan bukan sebatas menampilkan wajah rupawan, membubuhkan tanda tangan di atas kertas perjanjian, dan menghadiri rapat bersama klien. Banyak sekali hal yang harus disiapkan, terutama mental.

Bagi Jerry yang tidak pernah berminat terjun di dunia bisnis, hal seperti ini adalah tantangan besar. Namun, lelaki itu tidak pernah menyerah kala mengingat hidup anak dan istri yang harus ia tanggung.

Pernah satu waktu Jerry sedang menggantikan Angel menjemur anaknya di teras. Ia melihat beberapa bekas gigitan nyamuk di paha Ajen. Beberapa hari sebelumnya mereka memang sengaja tidur tanpa AC karena token listrik sudah mulai bunyi. Sendangkan, tabungan kian menipis karena biaya persalinan yang jauh melampaui perkiraan mereka.

Kata maaf berkali-kali terlontar dari mulut lelaki itu. Jerry merasa bersalah karena Ajen harus merasakan hidup seperti ini. Ia menyalahkan dirinya karena belum memiliki apa-apa saat anaknya lahir. Jika Mas Aryo tidak menawarkan pekerjaan pada Jerry, mungkin sekarang ia masih luntang-lantung di jalanan.

“Mas, lagi mikirin apa?” tanya Angel yang sadar akan lamunan Jerry. Anaknya sudah kembali terlelap karena mulut mungilnya sudah tak lagi menghisap susunya.

Gelengan Jerry memancing usapan lembut Angel di lengan kekar lelaki itu. “Aku sama Ajen bangga punya suami dan papa kayak kamu, Mas. You're enough,” kata Angel tulus.

Pelukan Jerry di tubuh istri dan anaknya pun mengerat. Lima bulan. Lima bulan lagi Jerry benar-benar sah menjadi karyawan di salah satu perusahaan Mas Aryo. Selama itu pula, ia harus bertahan dengan tabungan secukupnya karena Angel melarang lelaki itu untuk ngojek lagi.

“Temenin aku terus ya, Sayang. Aku nggak bakal pernah lepas kamu meski ada orang yang lebih baik dari aku. Aku yang bakal memperbaiki diri,” tutur Jerry diikuti kecupan manis di pipi sang gadis.

Angel mengangguk yakin. Lagi pula, apa yang perlu diperbaiki dari seorang Jerry? Ketampanan Jerry memang membuat banyak wanita tertarik padanya, namun rasa tanggung jawab dan kepribadian lelaki itu yang membuat Angel jatuh hati padanya.

Kini hidup mereka lebih lengkap dengan kehadiran si kecil. Tawa renyah Ajen di pagi hari dan tangisnya di penghujung malam adalah hiburan bagi Jerry dan Angel yang sudah terlalu penat dengan urusan keuangan.

Angel beruntung karena Jerry selalu memenuhi kebutuhannya meski harus bekerja ekstra. Jerry pun beruntung karena Angel tidak pernah mengeluh atas kondisi mereka saat ini.

Pada akhirnya, kita hanya perlu menemukan seseorang yang ingin saling menggenggam, bukan? Percuma jika kita memberi cinta sepenuhnya tapi dia hanya membalas seperlunya. Begitu pula sebaliknya. Banyak orang berharap diperlakukan layaknya king or queen, tapi lupa melakukan hal yang sama terhadap pasangannya.


“Ternyata ini bukan hanya tentang kamu, Mas. Tapi tentang kita. Aku, kamu, dan dia. Terima kasih sudah melibatkan aku dalam cerita hidupmu.” – Angel, 2021.