578.

Ketika Angel sampai di lobby, Jiji sudah hilang karena menyusul papa dan abangnya. Meski terbilang ramai, ia masih dapat memindai seluruh area lobby demi menemukan asisten suaminya.

“Bu Angel, mari saya antar.” Akhirnya yang ditunggu muncul juga.

Dave menunduk sebelum melewati gadis itu dan memimpin jalannya.

Pendengaran Angel dipenuhi ketuk pantofel pria berdasi, obrolan wanita bergaun minimalis, serta denting gelas kaca yang dibara oleh para waiters. Sang gadis tetap mengikuti asisten suaminya meski tatapnya berkeliaran ke setiap sudut auditorium.

Ia mencari keberadaan kakak dan teman-temannya.

Sekitar seratus langkah setelah pertama kali ia memijak kaki di tempat tersebut, akhirnya Angel berhenti. Dave yang tadinya berjalan tegak pun mulai menunduk untuk merapikan sofa dengan nama Angel di atasnya. Lelaki itu kemudian mempersilakan istri atasannya untuk duduk dan menunggu Jerry.

Seharusnya ramai isi auditorium mempengaruhi Angel, nyatanya ia tetap sama. Manusia cantik berusia empat puluh tiga tahun itu asik merayakan kesendiriannya di tempat yang dipenuhi obrolan kolega sang suami.

Memperhatikan sekitar dan menganalisis lingkungan adalah satu-satunya hal yang Angel kerjakan saat ini. Segelas minuman beralkohol di atas meja pun tak tersentuh sejak tadi. Bukan karena Angel tidak memiliki kenalan, namun ia ingin recharge karena keramaian bukanlah comfort zone-nya.

Salah satu kakinya bergerak resah hingga tepukan pelan di bahu menarik kesadaran gadis bergaun hitam itu. “Mama cantik!” Ternyata suara anak bungsunya.

Angel mengulum senyum lega, akhirnya ada seseorang yang menhampiri dirinya. “Hey, Sayang! Kok Adek sendiri? Papa sama Abang ke mana?” tanyanya setelah remaja itu mengecup pipi kirinya.

Jiji menarik sedikit celana bahannya sebelum ikut duduk di samping Angel. Setelan jas berwarna biru tua mengemas tubuh jenjangnya hingga membuat remaja itu terlihat tak seperti siswa yang baru saja lulus SMP.

image

“Papa lagi ngobrol sama Uncle Aryo,” jawab Jiji. Remaja itu kemudian memajukan wajahnya agar mendekat pada telinga sang ibu. “Abang lagi deketin cewek,” bisik Jiji disertai kekeh pelan.

“Hah? Cewek siapa?”

“Nggak tau, tadi Abang ngobrol sama cewek di belakang.”

Angel tentu terkejut, namun tidak mempercayai Jiji sepenuhnya karena si bungsu sama seperti Jerry, suka melebih-lebihkan. Ia juga hapal watak Ajen yang tidak mudah dekat dengan orang asing, terutama lawan jenis.

Sekitar lima belas menit Jiji dan Angel berbincang ngawur. Mulai dari mengomentari dekorasi, membicarakan pria tua berkepala botak, mengagumi wanita independen berblazer cream, dan menggoda cicak yang numpang lewat di samping sepatu Jiji.

“Asik banget ngobrolnya.”

Suara yang tak asing menyapa pendengaran mereka. Keduanya berbalik dan menemukan Jerry diikuti oleh Ajen serta asistennya, Dave. Lelaki itu tersenyum sebelum menghampiri istri dan putra bungsunya.

“Maaf lama, Sayang,” tutur Jerry setelah mengecup kening Angel.

“Kamu dari mana?” respon sang istri.

“Tadi briefing sama Mas Aryo sama Ajen.”

“Loh? Kata Adek si Abang ngobrol sama cewek?”

Jerry sempat melirik Jiji yang pura-pura tidak mendengar. “Adek sukanya nyebar hoax deh. Itu tadi sekretaris magang di kantor, Sayang. Ya ngobrol sih, tapi ngobrolin kerjaan.”

Sudah Angel duga.

“Oh, gitu. Loh? Abang ke mana, Mas?” tanya gadis itu saat tak menemukan Ajen di balik punggung Jerry.

Cup

“Di sini, Mama,” jawab Ajen dari samping wajahnya.

image

“Abang! Main cium-cium aja!” tegur Jerry seraya menatap tajam putra sulungnya.

“Dih? Kenapa? Sama mama sendiri juga,” balas remaja itu.

Angel pun menarik tubuh Ajen agar duduk diam di sampingnya demi menghindari perdebatan ayah dan anak itu. Sungguh tidak lucu jika Jerry dan Ajen berdebat di depan banyak orang.


Sama seperti acara peresmian pada umumnya, beberapa menit pertama dibuka dengan doa dan pengantar dari sang pembawa acara. Kemudian, agenda dilanjutkan oleh sambutan dari beberapa manusia dengan posisi penting di perusahaan.

Mas Aryo sudah maju sebagai pemegang kekuasaan tertinggi sebelum hari ini. Pria bermata tajam itu lebih banyak berbicara mengenai perusahaan dari pada hal-hal lain. Semua orang yang duduk di auditorium ini memang tak perlu dijelaskan lebih banyak tentang Mas Aryo karena namanya sudah terlalu terkenal di kalangan pebisnis.

image

Setelah beberapa pria berdasi maju bergantian, sampailah di mana nama lengkap Jerry dipanggil oleh si pembawa acara. Berbeda dengan orang-orang sebelumnya, ia tidak memiliki gelar di belakang namanya.

Lelaki itu meremas bahu sang istri sebelum beranjak menaiki podium. Angel sempat tersenyum membalas genggamannya untuk menyalurkan rasa percaya diri pada suaminya meski dirinya tak kalah deg-degan.

“Tes, tes.”

Tepuk ricuh langsung menanggapi suara Jerry yang mulai menggema memenuhi setiap sudut auditorium.

Setelah apresiasinya mulai reda, bibir ranum lelaki berlesung pipit itu mulai mendekati microphone. Kedua netra Jerry sempat mengabsen seluruh bangku yang terisi oleh kolega dan para tamu undangan.

Akan tetapi, wajah Angel dan kedua putra mereka adalah tujuan terakhir tatap sang tuan. Ia mulai berpidato setelah senyum manis menghiasi figur rupawannya.

Tepuk tangan yang sudah tak terdengar berganti riuh kagum karena lesung pipit Jerry tergambar jelas di layar lebar. Ini adalah momen langka karena tidak banyak orang berkesempatan melihat senyum lelaki itu. Jerry terkenal sebagai pria beku dan galak.

“Selamat siang,” sapa Jerry pada setiap manusia yang hadir di tempat tersebut.

Seharusnya jantung lelaki itu yang berdebar kencang, namun ternyata Angel juga merasakannya. Padahal, ia hanya duduk manis dan menatap suaminya yang sedang berbicara di depan sana.

Tak jauh berbeda dengan apa yang Mas Aryo sampaikan, Jerry pun membahas sedikit mengenai perusahaan mereka. Ia juga memperkenalkan diri sebagai wali Ajen, pemilik resmi WAY Indonesia tercatat mulai hari ini.

“Berdiri di tempat ini adalah hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya tidak akan bisa sampai di titik tanpa sosok yang selalu menggenggam tangan saya. Dia ada di sini, duduk manis dan memperhatikan saya berbicara.”

Senyumnya kemudian mengarah pada Angel. “Mohon maaf untuk Bapak dan Ibu yang duduk di beberapa baris terdepan, saya tahu kalian sudah bosan mendengar cerita saya tentang sosok tersebut.”

Tawa renyah kemudian menggema memenuhi auditorium. Jerry memang sering memamerkan betapa hebatnya Angel setiap ia lunch atau dinner bersama koleganya.

“Angel, satu-satunya wanita di dalam hidup saya,” ucap Jerry setelah menunjuk istrinya yang terlihat kaget.

Tepuk tangan lagi-lagi menyambut pernyataan lelaki itu. Seluruh mata kini terarah pada wanita cantik dengan surai hitam legam yang duduk di barisan paling depan. Angel pun sempat beranjak dan membungkuk untuk menghargai apresiasi mereka.

“Karena pembawa acara dan teman-teman di belakang sana membebaskan saya dari durasi berpidato, izinkan saya cerita sedikit tentang istri saya sekaligus wanita paling cantik.”

“Kami bertemu saat saya belum menjadi apa-apa. Saat itu, saya masih bekerja menjadi cleaning service di salah satu perusahaan.”

Respon kaget hampir ditunjukkan oleh seluruh tamu undangan. Mereka mulai berbisik satu sama lain entah membicarakan apa.

“Seperti yang Saudara ketahui, tidak ada gelar di belakang nama saya karena saya memang tidak pernah menginjakkan kaki di bangku kuliah. Dengan latar belakang saya yang hanya lulusan SMA, akhirnya saya hanya dapat bekerja sebagai cleaning service, supir, dan tukang ojek.”

“Saya tidak tahu bagaimana wanita di luar sana, tetapi saya dapat berkata bahwa istri saya adalah wanita terhebat. Saat orang-orang berlomba untuk mendapatkan pasangan dengan harta berlimpah, ia justru menerima saya yang tidak berharta sama sekali.”

Lelaki itu berhenti sejenak, lalu menatap kakak iparnya yang sedang tersenyum penuh makna. Jerry dapat melihat kilat bangga dari mata Mas Aryo.

“Angel tumbuh di keluarga dan lingkungan yang berkecukupan. Cukup dalam hal materi maupun kasih sayang. Saat kami bertemu pun, dia jauh lebih mapan dari pada saya. Penampilannya yang rapi sungguh berbeda jauh dengan pria berkaos polos dan tas selempang. Jujur, saya sedikit malu saat bertemu dia untuk pertama kalinya.”

“Hebatnya, Angel rela melepas itu semua demi tinggal bersama saya. Ah, mungkin karena saya tampan. Ya kan, Sayang?” candanya yang langsung mengundang tawa seisi auditorium.

Sang istri yang kini ditatap Jerry pun tersipu meski sudah sekuat hati menyembunyikan ekspresinya.

“Hahaha bukan, bukan. Saya tahu dia sayang sama saya. Angel bukan orang yang mudah menunjukkan perasaannya. Dari pada harus bilang 'I love you', dia lebih milih bikinin saya teh hangat dan pisang goreng setiap sore. Dari pada harus bilang 'kangen', dia lebih milih langsung datang ke kantor saya dan bawain makan siang. Angel memang wanita luar biasa.”

“Ah, saya ingat beberapa belas tahun yang lalu, waktu anak pertama kami baru lahir ke dunia. Djennar, kamu udah sering denger ini dari Mama sama Papa.”

Ajen yang merasa terpanggil pun mengacungkan jempol ke arah Jerry. Entah kisah mana yang akan diceritakan oleh sang ayah, semoga itu bukan hal memalukan.

“Saya sempat menganggur lima sampai enam bulan setelah Djennar lahir. Saat itu, saya sedang dalam proses belajar untuk bergabung menjadi karyawan Pak Aryo. Dan dalam jangka waktu enam bulan itu, kami memanfaatkan sisa tabungan untuk kebutuhan sehari-hari. Ternyata, kebutuhan kami dan Djennar melonjak pesat.”

“Kalian tahu apa yang Angel lakukan? Dia menyarankan agar saya membuka catering kecil-kecilan. Saya sempat berpikir apakah istri saya tidak malu kalau orang-orang tahu suaminya pengangguran? Apakah dia tidak malu untuk menawarkan dagangan ke orang-orang? Apakah dia tidak malu jika harus menemani saya setiap hari untuk mengantar pesanan?”

“Tetapi, Angel memang wanita luar biasa yang tidak pernah malu akan kondisi suaminya. Dia justru terus mendorong dan meyakinkan saya untuk membuka usaha kecil-kecilan itu.”

“Angel benar-benar wujud nyata dari kasih sayang Tuhan pada saya.”

Air mata gadis yang dari tadi disebut oleh Jerry pun mengalir. Memori mengenai masa-masa perjuangan dengan sang suami di rumah kontrakan mereka tiba-tiba terkuak begitu saja.

Jerry yang setiap hari bangun pagi untuk mempersiapkan bahan, Angel berbelanja ketika ada bahan yang habis, bergantian menjemur Ajen karena tidak mampu membayar baby sitter, bangun tengah malam saat anaknya lapar, rela berpuasa demi membeli popok Ajen, dan masih banyak hal yang membuatnya terisak.

Detik selanjutnya, lengan kekar Ajen memeluk sang mama dan telapak hangat Jiji mengusap pundaknya.

“Orang-orang selalu berkata bahwa Angel beruntung karena mendapat suami seperti saya. Padahal, saya yang lebih beruntung karena memiliki istri seperti dia. Mereka tidak melihat bagaimaan Angel selalu menjaga saya dan anak-anak di rumah, menjadi penengah saat kami berdebat, merelakan potongan ayam favoritnya demi anak-anak, mengorbankan waktu istirahatnya demi menyiapkan kebutuhan kami. Dia adalah istri dan ibu yang sungguh luar biasa.”

“Maka dari itu, izinkan saya mengundang istri saya untuk berdiri di sini. Agar Saudara sekalian melihat bagaimana wujud wanita terhebat dalam hidup saya. Sayang, boleh naik sebentar ke sini?”

image

Ternyata, bukan hanya Angel yang berlinang air mata. Mas Aryo yang biasanya datar pun sudah meneteskan cairan dari netra elangnya. Ojon, Atuy, Hargi, Marcell, dan Gavin yang hadir di sana juga menangis setelah mendengar perkataan Jerry. Mereka adalah saksi perjuangan Angel dan Jerry.

Angel mengambil selembar tissue untuk mengusap air matanya sebelum naik menyusul sang suami. Uluran tangan Dave langsung ia sambar ketika dirinya sudah siap menghampiri Jerry. Tepuk tangan yang lebih meriah kini menyambut gadis itu.

Sang tuan meninggalkan tempatnya untuk menyambut gadisnya. Pinggang Angel langsung ia raih seketika sosok itu menaiki panggung. Ucapan terima kasih pada Dave pun sempat terdengar sebelum keduanya berjalan menuju tempat Jerry berdiri tadi.

Kini wajah cantik Angel menghiasi layar lebar di belakang mereka. Ucap kagum dan tepuk tangan lagi-lagi menyelimuti auditorium. Banyak orang yang berbisik dan memuja keelokan paras istri pemilik perusahaan tersebut. Namun, lebih banyak yang mengagumi keduanya sebagai pasangan sempurna.

“Aku boleh ngomong?” bisik Angel pada suaminya.

Jerry pun langsung menarik microphone dan berbicara, “Ternyata istri saya juga mau menyampaikan sesuatu. Harap siapkan telinga Saudara karena sebentar lagi Saudara akan mendengar suara bidadari,” candanya yang langsung mendapat geplakan pelan dari sang istri.

“Selamat pagi,” sapa Angel setelah ia berdiri di hadapan microphone.

Seluruh mata di depannya mengarah pada gadis cantik itu dan membalas sapanya barusan.

“Pertama-tama izinkan saya memperkenalkan diri. Saya Angel, Rain Angelina Suharjo. Aryo Suharjo adalah kakak sulung saya dan pria tampan di samping saya adalah suami saya.”

“Seperti yang tadi sudah diceritakan suami saya, kami memang bertemu saat dia belum mendapat jabatan seperti saat ini. Satu yang saya tidak setuju dengan pernyataannya adalah saat dia berkata belum menjadi apa-apa kala bertemu dengan saya.”

Gadis itu sempat menatap Jerry sebelum melanjutkan perkataannya.

“Menurut saya, dia sudah menjadi lelaki luar biasa bahkan sebelum bertemu dengan saya. Manusia hebat bukan hanya dinilai dari pekerjaan atau jabatannya, kan?”

Riuh terdengar setelah Angel menanyakan hal tersebut. Kini tatap kagum kian terpacar dari setiap pasang mata manusia yang duduk di bangku auditorium.

“Mungkin saat itu karir Pak Jerry baru saja di mulai, tetapi kepribadiannya luar biasa melebihi manusia normal. Jika Saudara mengenal Pak Jerry dengan manusia yang kaku dan galak, saya justru mengenal sebaliknya.”

Alih-alih menggunakan 'Mas', Angel lebih memilih menggunakan 'Pak'. Gadis itu meniru cara Ibu saat ikut menyambut para tamu undangan kala peresmian kantor baru Bapak beberapa puluh tahun silam.

“Pak Jerry adalah orang yang hangat, baik, perhatian, bertanggung jawab, tidak mudah menyerah, dan melakukan segala hal demi keluarganya. Kalau tadi Pak Jerry sudah menceritakan pengalaman kami setelah kelahiran anak pertama, izinkan saya menceritakan masa-masa setelah anak bungsu kami hadir ke dunia.”

“Saat itu, seharusnya kami menyambut dua manusia kecil. Tapi, ternyata Tuhan jauh lebih sayang dengan anak perempuan saya. Mungkin sekarang dia juga hadir di sini, meski kami tidak bisa melihatnya.”

“Sama seperti orang tua pada umumnya, siapa sih yang tidak sedih setelah kehilangan seorang anak? Saya dan Pak Jerry tentu merasa sedih. Tapi, Pak Jerry tidak pernah menunjukkan itu di hadapan saya dan orang lain. Dia selalu memeluk dan menenangkan saya ketika menangis, padahal saya tahu saat itu dia juga menahan sesak.”

Manusia tampan di sampingnya tertawa garing demi menghalau air mata yang terus memaksa keluar.

“Saya bersyukur karena bertemu dan hidup bersama suami saya. Lelaki hebat ini banyak mengajarkan saya tentang kehidupan yang sebelumnya tidak pernah saya dapatkan. Manusia di samping saya yang membuat saya dapat berbicara seperti ini di hadapan Saudara sekalian.”

“Kehadiran Mas Jerry di hidup saya benar-benar mengubah sosok seorang Angel. Bahkan, dulu teman-teman saya pernah hampir meninggalkan saya karena suatu hal. Hanya Mas Jerry yang tetap bertahan dan mendampingi saya. Benar kata orang-orang, saya beruntung karena memiliki suami seperti Mas Jerry.”

“Sebelum saya meninggalkan tempat ini, saya ingin menyampaikan terima kasih karena Saudara sudah menerima suami saya menjadi rekan kerja Saudara. Selamat pagi.”

Pada akhirnya, panggilan itu keluar dari mulut Angel. Pelukan dan kecupan singkat di kening gadis itu menjadi penutup pertunjukan mereka pagi ini. Tepuk tangan yang jauh lebih ricuh dan panjang menggiring langkah mereka menuruni anak tangga.

image

Gadis itu menggandeng lengan suaminya yang tengah meneteskan air mata. Ia kemudian tersenyum dan membelai lembut tangan Jerry. Angel benar-benar beruntung memiliki lelaki itu di sampingnya.

Bukan hanya Jerry yang berhasil membangun karir cemerlang di hidupnya, Angel juga berhasil membangun karakter yang jauh lebih baik dari pada sebelumnya.

Mereka sama-sama berkembang, bertumbuh dalam kasih. Kehadiran keduanya saling berpengaruh satu sama lain dan menuntun mereka ke titik saat ini. Angel beruntung karena memiliki suami seorang Jerry, pun Jerry beruntung memiliki istri seorang Angel.


@guanhengai, 2022.