596.

Langit tak secerah biasanya. Kumpulan awan gelap menutup matahari yang seharusnya bersinar terang. Angin kencang juga beberapa kali menerpa wajah orang tua murid yang antre memasuki aula sekolah.

Hari ini acara pelepasan siswa kelas 12 digelar. Setelan kebaya serta jas rapi berdasi membalut hampir seluruh manusia yang masuk ke dalam aula.

Jerry dan sang istri sudah menempati kursinya sejak sepuluh menit lalu, namun tak ada pembicaraan di antara mereka.

Jika putra bungsunya tidak membocorkan apa yang terjadi dengan Jerry, mungkin sekarang Angel sedang overthinking dan bergerak gelisah. Faktanya, gadis itu justru bersandar elegan seraya memperhatikan Ajen dari jauh. Lirikan dari ekor mata Jerry pun berkali-kali ia abaikan.

Angel tidak terlalu buruk dalam urusan acting. Ia memang tidak pandai dalam menebak ekspresi, tetapi gadis itu tahu suaminya sedang menahan kesal. Entah apa yang salah dengan otak Jerry, seharusnya ia tidak perlu takut karena hanya dirinya yang bersarang di hati Angel.

Waktu terus bergulir hingga siang menjemput. Berkas sinar dari ventilasi di beberapa sudut aula sudah terpancar yang menandakan mentari kembali menampakkan wujudnya. Meski begitu, sepertinya mendung masih menjajah rupa tampan Jerry.

Ia hanya sesekali tersenyum dan berbicara saat pria di sampingnya menyapa. Begitu pula dengan Angel yang hanya merespon saat wanita bergaun merah di sampingnya memamerkan prestasi sang putri.

Remaja yang kemudian Angel ketahui namanya sebagai Gabby itu mendapat skor tertinggi saat ujian kelulusan.

“Itu yang di depan anak saya. Dia memang setiap hari les pelajaran, les renang, les balet, dan jarang main. Saya nggak kaget sih kalau dia dapat nilai tinggi.” Angel hanya mendengarkan pernyataan wanita itu mengenai putrinya yang sedang berdiri di depan.

Nada bicaranya saja sudah menunjukkan jika manusia itu sedang menyombongkan diri. Andai saja ia tidak perlu repot-repot memikirkan etika, Angel pasti sudah menutup mulutnya dengan lakban.

“Hehehe, iya.” Hanya itu respon sang puan.

“Anak Ibu yang mana?” tanya wanita itu lagi. Sepertinya, beliau belum puas memamerkan putrinya.

Angel tidak langsung menjawab karena kepala sekolah kembali berbicara di depan dan memanggil siswa terakhir dalam jajaran murid berprestasi.

” ... Mungkin kalian sudah tahu siapa yang akan saya panggil ke depan. Tidak ada yang kaget jika dia menjadi juara umum karena prestasinya di bidang akademik dan non-akademik tidak perlu diragukan lagi. Ya sudah, sepertinya gadis-gadis di ujung sana sudah tidak sabar melihat teman kita. Radjennar Noah Juanda Suharjo, silakan naik ke atas panggung, Nak.”

Tepuk tangan paling meriah menemani langkah remaja itu menuju bagian depan aula. Rupa tampan dan tubuh kekarnya dibalut sempurna oleh jas hitam. Rambutnya tertata rapi, beberapa helai dibiarkan membentuk koma di ujung keningnya.

image

“Anak gue,” gumam Jerry bangga seraya memamerkan kedua lesung pipitnya.

Tidak berbeda jauh dari sang suami, Angel pun tersenyum bangga.

Setelah Ajen menerima pialanya, remaja itu ikut berdiri di samping Gabby dan siswa berprestasi lainnya. Tepuk tangan yang tadinya sungguh berisik pun perlahan mereda.

Kala tukang foto di depan sibuk mengambil gambar mereka, Angel mendekatkan tubuhnya pada wanita di sampingnya. “Itu anak saya,” ucapnya santai.

“O-oh? Yang terakhir dipanggil?” tanyanya yang hanya direspon deham singkat oleh Angel. Gadis itu tidak perlu melihat ekspresi si wanita sombong untuk menangkap rasa malunya.

Memang manusia seharusnya berhati-hati dengan mereka yang lebih banyak diam. Bukan karena tak mampu. Terkadang, orang yang memiliki segalanya lebih suka menjadi pengamat dari pada memamerkan kebodohan.


“Ma, Pa, Ajen mau foto-foto dulu, ya?” izin putranya setelah meletakkan piala dan bucket bunga di dalam mobil. Remaja itu memang meminta agar sang ayah mengantarnya karena Beler sudah pulang terlebih dahulu.

“Jangan lama-lama, Jen. Papa harus balik ke kantor,” tutur Jerry.

Bohong. Angel tahu suaminya bohong. Ia hanya ingin menghindari istrinya dan tak mau berlama-lama di mobil dengan Angel.

Alih-alih marah dan tersinggung, gadis itu justru terkekeh pelan. Sungguh, ekspresi Jerry sangat menggemaskan saat lelaki itu marah. Jika tidak sedang menjalankan misi, Angel pasti sudah tertawa sejak tadi.

Brak

“Wow? Santai kali, Mas,” ucap sang gadis kala Jerry sedikit membanting pintu mobil.

Yang diajak bicara hanya menatap Angel sejenak, lalu bersandar dan menutup matanya di balik kemudi. Hal tersebut mengundang senyum jahil terbit di wajah istrinya.

“HAHAHA!”

Tawa Angel yang tiba-tiba lantas membuat Jerry terkejut dan membuka matanya. Namun, pemandangan di sampingnya justru membuat rasa kesal Jerry menjadi-jadi. Angel tertawa dengan ponsel di tangannya.

“Lucu banget,” ucap Angel dengan nada gemas.

“Ck, apaan sih?”

image

Gadis itu terdiam dan memutar pelan kepalanya. Sungguh nada bicara Jerry sangat jauh dari kesan ramah. Pun ekor matanya seakan siap menghunus jantung siapa pun yang menatapnya.

“Apaan sih, Mas?” balas Angel tak kalah sinis.

“Kamu nggak usah ketawa-ketawa sendiri, serem!”

Gadis itu menatap bingung suaminya.

Satu detik

Dua detik

Tiga Detik

Cukup. Angel sudah tidak tahan melihat wajah kesal Jerry. Tawanya pecah seketika. Rintik air hujan yang tiba-tiba membasahi kaca depan mobil mereka seakan ingin menyaingi gelak tawa sang gadis.

“Nggak ada yang lucu!” gerutu suaminya.

Telunjuk Angel mencolek pipi lembut lelaki itu. “Kenapa sih suamiku dari kemarin marah-marah terus? Lagi mens, Mas?” godanya yang tak mendapat respon dari Jerry.

Ia kemudian menggeser sedikit tubuhnya agar menghadap Jerry. Sebelah kakinya diangkat sebagai penopang sikunya. Beruntung Angel memilih setelah blazer alih-alih memakai dres ketat seperti wanita pada umumnya.

“Mas, kenapa sih? Hm? Kenapa judes banget dari kemarin?”

“Emang kenapa? Nggak ada apa-apa,” tangkas Jerry.

“Ah masa sih? Coba sini liat aku dulu.” Jemari gadis itu menggeser dagu sang suami.

Jerry yang dipaksa menatap netra lembut Angel pun seketika merona. Satu kelemahan lelaki itu adalah selalu gagal menyembunyikan rasa malunya. Wajah dan telinga Jerry tidak pernah bisa berbohong.

Istrinya lagi-lagi tertawa gemas.

“Kamu mau kenalan sama temen SMAku, Mas?”

Tentu respon Jerry adalah “Hah? Temen SMA?”

“Iya. Temen SMA yang ngirim cupcake ke aku, Hargi, sama Marcell.”

Telinga lelaki itu kian memerah. Ternyata, istrinya tahu mengenai dirinya yang cemburu atas pemberian tersebut.

“Dia itu sahabatnya Alle, Mas. Orangnya sebelas dua belas sama Atuy-Hargi, nggak mungkin lah aku suka sama dia. Lagian kemarin itu kue dari istrinya, bukan dari dia,” jelas gadis itu disertai kekehan.

“Gantengan mana sama aku?”

Sembur pelan keluar dari celah bibir Angel. Sungguh pertanyaan yang tidak penting untuk dijawab. Tetapi, ia tetap memberi respon untuk memuaskan rasa penasaran suaminya.

“Kamu yang paling ganteng, Mas.”

Senyum malu kemudian tercetak di wajah Jerry. Telinganya yang semakin padam membuat Angel tertawa kencang.

“Kamu kalo lagi cemburu lucu-lucu nyebelin, Mas.”

“Kamu nggak cerita ke aku, gimana aku nggak cemburu?”

“Ya aku mau cerita tapi kamu judes banget dari kemarin,” balas gadis itu tak mau kalah.

“Jadi? Baikan nggak, nih?” tanya Angel lagi.

“Baikan,” jawab Jerry.

Gadis itu mengulurkan jari kelingkingnya pada sang suami. Namun, lelaki itu tidak menyambar dan hanya menatap datar Angel.

Cup

“Baikannya orang dewasa tuh kaya gini, kalo pake kelingking mah baikannya Adek sama Abang,” tutur Jerry setelah mengecup pipi Angel.

“Idih, udah bisa gombal. Padahal dari kemarin mukanya datar banget kayak triplek,” goda Angel.

Lelaki itu langsung menarik istrinya ke dalam pelukan. Tidak terlalu rapat karena mereka terhalang kotak di antara kursi penumpang dan pengemudi.

“Maaf ya udah mikir aneh-aneh,” kata Jerry sembari membelai lembut punggung Angel.

“Nggak apa-apa, asik juga dicemburuin.”

Sang tuan lantas menepuk bahu Angel. “Enak? Kamu pikir nggak capek nahan cemburu?” gerutunya yang direspon tawa sang istri.

“Kok kamu tau aku kesel sama pengirim cupcake itu?” tanya Jerry lagi masih dengan memeluk Angel.

“Adek yang bilang,” jawab gadisnya.

“Ck! Adek nih emang bikin malu aja.”

Tok tok tok

Ajen muncul di samping jendela Angel berpayung jam hitam miliknya. Gadis itu lantas menepuk kening dan meminta Jerry untuk membuka pintu mobil bagi si sulung.

“Asik banget berduaan di mobil, Ajen kehujanan tau!” cibirnya setelah duduk di bangku tengah.

“Sorry, Bang. Nih, pake jas Papa dulu,” jawab Jerry seraya membuka jasnya.

Angel yang melihat pakaian Ajen basah karena hujan pun langsung merasa bersalah. Namun, putranya justru menatap dirinya dengan tatapan menggoda. Setelah Jerry berbalik dan kembali fokus dengan kemudi, Ajen mengedipkan matanya.

Bibirnya bergerak tanpa suara, “Udah baikan?”

Angel tersenyum seraya ibu jari dan telunjuknya bertemu di titik 360º, membentuk isyarat oke.

“Makasih,” gumamnya yang langsung diangguki Ajen.

image


@guanhengai, 2022.