83.

16.15 WIB

Resepsi pernikahan mereka tak terlalu meriah. Alunan musik klasik dan hamparan lampu warm white menghiasi halaman belakang rumah keluarga Suharjo. Bincang seru keluarga besar serta mantan kolega ayah Angel menggema di setiap sudut. Ada juga beberapa teman masa kecil sang gadis di sana.

Angel terlihat duduk manis di kursi pelaminannya. Gaun panjang menjuntai yang membalut tubuhnya nampak tak mengganggu gadis cantik itu. Ia menyapa setiap tamu undangan yang menghadiri pestanya.

“Capek?” tanya Jerry cemas saat Angel menaik-turunkan bahunya. Setelah pemberkatan di gereja, mereka langsung berganti pakaian dan menggelar resepsi. Sungguh hari yang melelahkan. Bukan hanya fisik, tetapi juga batin.

Angel menoleh dan memaksakan senyumnya. “Capek, tapi bisa apa? Tamunya masih banyak banget.” Keluhan itu meluncur bebas dari mulutnya.

Jerry segera mendorong pelan bahu Angel agar gadis yang kini sudah berstatus menjadi istrinya memunggungi dirinya. Angel tak sempat menolak, telapak hangat Jerry sudah terlebih dahulu memijat bahunya. Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka karena keduanya belum sedekat itu. Mereka hanya dua orang asing yang terikat oleh perjanjian mutualisme yang akan berakhir dalam kurun waktu satu tahun.

Cukup lama Jerry memanjakan bahu Angel, hingga gadis itu menarik maju tubuhnya dan membuat telapak suaminya terhempas. Ia berbalik dan menatap Jerry, “makasih, udah enakan.”

Belum sempat Jerry membalas ucapan Angel, keempat sahabat mereka menaiki pijakan kayu dengan hentakan yang mampu menggetarkan pelaminan.

“Woi, kancut! Udah nikah aja!” seru pria berambut gondrong yang kini terlihat rapi dengan jas merah mudanya.

Jerry mendengus kasar. Dua manusia dengan predikat terberisik menjadi pemandu jalan bagi dua teman di belakangnya. Kombinasi Atuy dan Hargi adalah yang terburuk sepanjang segala abad, tolong catat itu.

“Angell!! Gue beneran ditinggal nikah, nih?” Benar saja, Hargi langsung bertingkah dramatis sembari mengusap pipi yang tak basah sama sekali.

Angel memutar bola matanya. Dosa apa yang ia lakukan di masa lalu hingga memiliki sahabat seperti Hargi? Ah, tapi Angel tidak bisa melupakan jasa besar sahabatnya itu.

“Berisik!” Angel mendorong dahi Hargi kala lelaki itu merentangkan tangan dan bersiap memeluknya. Rautnya terlihat jijik dan malas. “Jauh-jauh dari gue, nggak usah drama,” ucap Angel ketus.

Tangan Hargi mendadak gatal setelah mendapat penolakan dari Angel. Ia tak mendengar peringatan sahabatnya itu dan langsung saja menerjang gadis yang sedang berusaha berdiri.

Sebelum Angel terhuyung, sebuah lengan besar sudah terlebih dahulu menahannya. “Hati-hati, Har,” tutur Jerry sembari membantu Angel melepaskan diri.

Ojon dan Marcell hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan teman mereka. Sedangkan, Atuy tersenyum penuh arti karena memiliki teman sefrekuensi.

“Congrats, bro.” Lelaki bertubuh tinggi menepuk punggung Jerry dua kali. Salah satu teman perjuangannya sudah menemukan tempat pulang. Entah berapa lama akan bertahan, namun Ojon berharap 'rumah' Jerry kali ini dapat memberi kehangatan yang tak pernah temannya itu rasakan.

“Man, nitip si ceroboh galak ini ya.” Kini giliran Marcell menjabat tangan Jerry. Lelaki yang diberi mandat itu hanya mengangguk dan tersenyum. Tatapan mereka saling beradu, berkomunikasi tanpa kata.


22.55 WIB

Tubuh gadis itu terhempas bebas ke atas kasur miliknya. Salah satu sudut bibirnya terangkat kala matanya mengelilingi kamar yang sudah dipenuhi bunga dan riasan pengantin. Ada sedikit rasa bersalah berbesit dalam benaknya. Ia tidak mampu membayangkan reaksi ibunya kala mengetahui bahwa pernikahan yang baru saja digelar hanya bertahan sebentar.

Angel memejamkan matanya sejenak, menghirup sebanyak-banyaknya oksigen dalam ruangan ini. Setelah dirasa cukup, netranya kembali terbuka dan melirik jam berbentuk lingkaran yang terpajang di dinding kamarnya. Sudah hampir jam sebelas malam, namun Jerry belum kembali ke kamar.

Sama seperti waktu itu, saat Anne menggelar acara pertunangannya. Jerry duduk dan berbaur dengan keluarga besarnya. Lelaki itu memang terlihat datar, namun nyatanya sifat supel dan elegan membuat Jerry disukai banyak orang. Surprisingly, ia dapat mengimbangi pembicaraan keluarga Suharjo yang kebanyakan membahas mengenai bisnis dan politik. Ugh, Angel saja muak mendengar pembahasan itu.

Sang gadis mendesah pelan, lalu bangkit dari posisinya dan memungut gaun yang masih tergeletak di lantai. Kapas bekas yang digunakan untuk menghapus make up pun masih memenuhi meja rias. Dengan langkah gontai, Angel merapikan semua kekacauan yang ia buat.

Berendam dengan air hangat di malam hari ternyata membuatnya mengantuk. Jika tak mengingat ada Jerry yang akan berbagi kamar, mungkin Angel sudah terdidur nyenyak di kasur king size itu.

Baru saja tangannya menutup keranjang baju, pintu kamar terbuka dan memunculkan sosok yang sedari tadi ia tunggu. Jas hitam dan dasi yang sudah dilonggarkan masih menempel pada tubuh Jerry. Tatapan sayu dan aroma menyengat dari tubuhnya menandakan Jerry sudah larut dalam minuman beralkohol.

“Mau mandi nggak?” tanya Angel yang hanya dijawab gelengan.

Lelaki itu melewati istrinya dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Tangannya bergerak menemukan kenyamanan di sana. Beberapa saat kemudian, Angel tidak mendeteksi gerakan di atas kasur. Gadis itu mendekati suaminya dan melirik wajah tampan yang terlihat sangat tenang. Tak butuh waktu lama untuk Angel mendengar dengkuran halus.

“Lah? Udah tidur? Cepet banget! Dasar pelor,” bisik Angel.

Angel mengulum senyum dan menggeleng pelan. Tangannya sibuk membuka sepatu dan kaos kaki yang Jerry gunakan. Tak lupa ia melepas jas hitam dan dasi yang melingkar di lehernya. Ini hanya ucapan terima kasih karena Jerry sudah menjalani perannya dengan baik hari ini.


@guanhengai, 2021