Extra part; godain si adek

Rumah dua lantai di ujung jalan itu tampak terang. Cat putih membuatnya terkesan elegan dengan lampu warm white tersebar dari taman hingga bagian depan rumah.

Angel sibuk memotong buah di dapur sembari memeriksa makanan yang dimasak oleh Bi Asih. Hari ini menu mereka adalah seafood, tentu tanpa kerang di dalamnya. Meskipun Angel mengidam berbagai jenis seafood selama hamil, belum tentu si bayi suka hidangan laut itu. Anak sulungnya sama sekali tidak ingin mengonsumsi kerang.

Rumah terasa sunyi ketika Jerry masuk dan mengucap salam, hanya dijawab samar oleh anak bungsunya yang tentu sedang menatap layar komputer di kamar. Setelah menghampiri si Adek, ia segera berjalan menuju dapur karena tak menemukan Angel di ruang keluarga. Punggungnya bersandar di tembok dan menatap istrinya yang masih asik bergurau dengan asisten rumah tangga mereka.

“Loh? Udah pulang, Mas?” tanya wanita itu saat menyadari kehadiran suaminya. Bi Asih dan Bi Marni yang ada di sana juga ikut menyapa tuannya.

Ia segera membasuh tangan dan menghampiri lelaki tampan dengan jas bergaris itu. Telapaknya yang masih basah meraih milik sang suami dan menciumnya.

“Sorry masih kotor,” tutur Angel lagi.

“It's okay, Sayang,” jawab Jerry setelah menghadiahkan satu kecupan di dahi Angel.

Wanita itu mengambil alih tas kerja Jerry seraya berjalan berdampingan menuju kamar mereka. Ia sudah menyiapkan kaos dan celana ganti untuk suaminya, kini tinggal menyalakan air hangat dan membanjiri bathub.

“Makasih, Sayang. Kamu nggak mau nemenin aku mandi nih?” goda Jerry yang kini tengah bertelanjang dada.

image

“Anak-anak udah kelaperan, Mas.”

“Ya udah, nanti malem, ya?” tanya lelaki itu lagi sembari memainkan satu alisnya.

“Ck, sana cepet mandi! Nggak usah konser!” pekiknya sembari mendorong sang suami masuk ke bathub dan meninggalkannya.

Angel selalu memeriksa kantung celana dan kemeja Jerry sebelum memasukkannya ke keranjang pakaian. Seperti biasa, pasti ada saja yang tertinggal di sana. Kali ini sebuah oil roll on yang ia lupakan di kantung celananya. Gelengan pelan wanita itu seakan pertanda bahwa ia tak kaget lagi.

Suaminya menghabiskan setidaknya sepuluh menit di bawah shower air hangat. Kala air keran tertutup, Angel segera beranjak dari kasur dan berdiri di depan pintu kamar mandi.

“Satu... dua... ti...” Wanita itu mulai menghitung.

“Sayang!!!!”

“Tuh kan,” gumamnya pada diri sendiri.

Sepersekon kemudian, pintu kamar mandi terbuka sedikit dan kepala Jerry muncul dari sela-sela itu. “Tolong handukku dong, hehehe.” Suaranya mengecil saat sang istri ternyata sudah berdiri di hadapannya.

Kain di lengan Angel langsung dirampas oleh si tua tampan itu. Setelah terima aksih terucap dari mulutnya, lelaki itu langsung menutup kembali pintu kamar mandi.

Ya, ini adalah alasan Angel harus menunggu Jerry sampai selesai mandi. Jika bukan handuk, pasti pakaian dalamnya yang tertinggal.

Setelah selesai, handuk tadi dia gunakan untuk membalut tubuhnya sebatas pinggang. Sisa air di rambut sang tuan masih menetes dan membasahi bahunya. Sesaat kemudian, suara ceklekan pintu terdengan dan kotak-kotak di abdomen serta bisep kekar Jerry terpampang jelas.

“Si Abang udah pulang?” tanya Jerry sembari meraih kaos dan boxer yang sudah Angel siapkan.

“Udah, tadi aku denger suara motornya.” Anggukkan sang suami terlihat setelah Angel menyelesaikan kalimatnya.

Hari ini anak sulung mereka ada jadwal les persiapan UN. Biasanya, remaja berusia 17 tahun itu akan pergi bersama teman-temannya. Namun, hari ini Ajen memilih pulang lebih cepat.

“Mas, jangan lupa pake skin care,” ujar sang puan lagi.

Jerry berbalik dan memeluk pinggang istrinya. Satu ciuman di pipi Angel berhasil dicuri. “Nanti aja, kan masih mau olahraga.” Meski sudah terbiasa dengan sikap dan candaan Jerry yang seperti ini, Angel masih belum mampu mengontrol rona merah di wajahnya.

“Hahaha! Masih merah aja mukanya,” ucap lelaki itu.

“Udah ah, itu Abang sama Adek udah nunggu di meja makan.” Tentu ini adalah alasan semata. Angel juga tidak tahu apakah anak-anaknya sudah siap atau belum. Yang penting, ia terlepas dari godaan porno sang suami.

Betapa beruntung wanita itu karena Abang dan Adek sedang berada di pihak Mama. Kedua remaja tampan itu sudah duduk manis di tempatnya, memperhatikan Bi Marni menata piring untuk mereka makan. Segera sepasang suami istri itu menghampiri anak-anak mereka.

“Mama!!” Belum sempat Angel menapakkan kaki di ruang makan, remaja bertubuh kekar langsung beranjak dan memeluk tubuhnya.

“Astaga! Berat, Sayang.” Wanita itu tetap membalas pelukan Ajen meski hampir terhuyung.

“Pelan-pelan, Bang!” Tegur Jerry sembari menahan bahu Angel.

“MAMA!!!” Kini giliran si bungsu bertubuh tinggi yang menyelinap masuk di antara pelukan mama dan kakaknya.

“Ck! Gantian, Dek!” gerutu si Abang.

“Ya udah sana! Abang kan udah peluk Mama!”

“Dih? Baru satu detik?” Terpaksa Abang menjauh dari dua manusia itu, sebelum geplakan Adek mendarat di lengannya.

image

“Nggak ada yang mau peluk Papa nih? Kasian banget ganteng-ganteng gini nggak laku,” tutur lelaki berwajah tampan yang sudah merentangkan kedua lengannya.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Krik krik krik

Tidak ada jawaban dari istri dan anak-anaknya. Tatap datar tiga manusia berwajah dingin itu membuat bulu kuduk Jerry berdiri seketika.

“Iya iya, nggak usah peluk Papa. Sana peluk Mama aja!” gerutunya.

“Papaa!!” si Adek langsung melepas pelukan di tubuh Angel dan beralih ke papanya.

Bugh

Beban tambahan terasa mendorong Jerry. Ternyata, anak sulungnya ikut memeluk sehingga tubuh adiknya terhimpit di antara dua lelaki kekar.

“Eunggh! Abang, berat!” pekik si Adek.

Bukannya melepas, Ajen dan Jerry sama-sama mempererat rengkuhan mereka. Mulut si Adek sudah memanggil-manggil mamanya, meronta minta dilepaskan. Namun, Angel hanya tertawa gemas melihat anak bungsunya tersiksa.

“Mas, udah ah. Kasian tuh muka Adek udah merah banget,” ucap Angel akhirnya menarik tubuh suaminya.

Si kecil berparas tinggi langsung meraup oksigen sebanyak-banyaknya setelah berhasil lepas dari kakak dan papanya. Bibir si Adek langsung mengerucut saat Abang, Papa, dan Mama menertawakannya.

“Hehehe, maaf ya Adek,” kata Abang merangkul pundak si bungsu.

“Badan kalian gede tau!” protes si Adek, masih belum terima.

“Makanya ikut ngegym, Dek.” Papa menimpali.

“Nggak mau! Nanti makin ganteng,” jawabnya.

image

Rasa lapar yang tidak tertahankan memaksa mereka untuk kembali ke meja makan. Berbagai macam buah dan hidangan utama sudah tersedia di sana. Cepat-cepat mereka duduk di kursi masing-masing dan membuka piring di meja.

Sebelum menyantap olahan seafood itu, mereka saling bergandeng tangan.

“Hari ini siapa yang mau berdoa?” tanya sang kepala keluarga.

“Adek!” Jari telunjuk si bungsu terangkat.

“Oke, Adek pimpin doa ya.” Ucapan Jerry langsung diangguki oleh anaknya.

Mulut remaja berusia 14 tahun itu dengan lantang mengucap syukur atas berkat Tuhan hari ini. Tak lupa ia mendoakan saudaranya yang jauh di sana agar Tuhan juga melimpahkan berkat-Nya pada mereka.

Setelah amin terucap, mereka segera menikmati kerang saus padang, sup seafood, cah kangkung, dan perkedel jagung. Hanya ada denting sendok dan garpu selama makan. Obrolan yang sudah mereka siapkan masih tersimpan rapi di otak. Setelah piring bersih, baru mereka berbicara satu sama lain.

🔓Jannuarsa Zion Juanda Suharjo (Jion), adeknya Ajen, anak kedua Jerry-Angel image


@guanhengai, 2021.